Inilah Penyakit Halus Yang Ditularkan Iblis Untuk Menyesatkan Manusia



Iblis makhluk pertama yang mendurhakai Allah, tidak lain disebabkan oleh sikap fanatiknya yang membesarkan pendapat dirinya dan tidak menuruti perintah Allah SWT, Iblis berpendapat bahwa dirinya merasa unggul dan mulia, karena unsur yang menjadi asal dia diciptakan. Allah subhanahu wa ta’ala menerangkan hal ini:
Allah SWT berfirman, “Aku lebih baik daripadanya. Engkau menciptakanku dari api sedangkan dia Kau ciptakan dari tanah.” (Al A’raf: 12)
Amalan iblis ini menurut istilah, dinamakan taqlid, artinya beramal/ bangga dan menyandarkan diri dengan pendapat sendiri / seseorang atau golongan tanpa didasari oleh dalil firman Allah SWT dan Hadits sebagai hujjah yang jelas, karena merupakan kebenaran mutlak.

Sikap taqlid

Allah mencela sikap taqlid 

Allah subhanahu wa ta’ala telah mencela sikap taqlid ini dalam beberapa tempat dalam Al Qur’an.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Atau adakah Kami memberikan sebuah kitab kepada mereka sebelum Al Qur’an lalu mereka berpegang dengan kitab itu? Bahkan mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami ( yang dimuliakan) menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka.’ Dan demikianlah, kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka.’ (Rasul itu) berkata: ‘Apakah (kamu akan mengikutinya juga) sekalipun aku membawa untukmu (agama) yang lebih (nyata) memberi petunjuk daripada apa yang kamu dapati bapak-bapak kalian menganutnya?’ Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami mengingkari agama yang kamu diutus untuk menyampaikannya.’ Maka Kami binasakan mereka, maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (Az-Zukhruf: 21-25)
Iqra, Jangan asal mengikuti
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: “Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan ahli-ahli ibadah mereka sebagai Rabb selain Allah.” (At-Taubah: 31)
Maksudnya, mereka menjadikan para ulama dan ahli ibadah di kalangan mereka sebagai Rabb selain Allah. Artinya, ketika para ulama dan ahli ibadah itu menghalalkan untuk mereka apa yang diharamkan oleh Allah, mereka mengikuti penghalalan tersebut. Dan ketika mereka mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah mereka juga mengikuti pengharaman tersebut. Bahkan ketika para ulama dan ahli ibadah tersebut menetapkan suatu syariat yang baru dalam agama mereka yang bertentangan dengan ajaran para Rasul itu, mereka juga mengikutinya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya? Mereka menjawab: ‘Kami dapati bapak-bapak kami menyembahnya’.” (Al-Anbiya’: 52-53)
Sesungguhnya yang haq dan wajib diyakini dan diikuti adalah junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan Imam yang Agung yang wajib diikuti, kemudian para Al-Khulafa’ Ar-Rasyidin. Dimana harus kita mengkaji terus, sunnah Nabi, sirah dan amaliyah mereka dalam berbagai bidang kehidupan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan apa-apa yang datang dari Rasul kepada kamu maka ambillah dia, dan apa yang kamu dilarang mengerjakannya maka jauhilah!” (Al-Hasyr: 7)


No comments:

Post a Comment